Rabu, 12 Agustus 2009

Pulang kampung perjalanan ziarahku

Pulang kampung perjalanan ziarahku

Jlajah deso milang kori, pulang kampung kemarin merupakan perjalanan ziarah kemakam orang tua ku di pesarean sedawe sejati giriwoyo wonogiri jawa tengah, berbagi pengalaman ternyata pulang kampong lewat jogja agak ribet karena nggak tau rute yang singkat. Berangkat dari tagerang tiba dibandara SH sekitar 5.30 ke mudian check untuk boarding pass sedikit antri sampai menunggu di ruang tunggu pesawat sekitar sepuluh menit kemudian pesawat berangkat menuju joga sekitar 6.30 satu jam kemudian sampai jogja, pengalaman naik bus purwowidodo, dari bandara kearah terminal aja sudah memakan waktu 1,5 jam, dari jogja giriwoyo makan waktu 3,5 jam, memang harusnya naik taksi lebih singkat ini untuk pengalaman ku berikutnya.

Sampai kamalan turun di depan toko yang lumayan besar toko nya mul adik kelas waktu sd dulu beli oleh oleh dan rokok sekedarnya untuk buah tangan buat keluarga ternyata cake yang aku bawa dari tangerang masih aku rasa kurang pantas untuk buah tangan harus banyak biar banyak juga rejekinya amin.sekitar jam satu rehat sebentar ngobrol sama keluarga yang alhamduliliah sudah menunggu di rumah pak lik saimin ngledok, sholat kemudian di lanjutkan perjalanan sesungguhnya kearah pasarean sedawe sepanjang jalan kamalan lor menuju arah sedawe alhamdulillah masih banyak yang mengenali waloupun puluhan tahun aku ninggalin desa itu, ikatan batin dan rasa menghargai yang kita tanam ternyata tidak mudah memutuskan tali persaudaraan, walau hanya sekedar tegur sapa pripun kabare?, ternyata mampu menyambung tali silaturahmi yang putus, walupun banyak yang punya motor dan menawari untuk dipinjam aku lebih nyaman jalan kaki salah satunya ya itu tadi untuk silaturahmi.

Pemandangan kundhi (pembuatan gerabah perabot rumah tangga) lemper, kekep ternyata bukannya hilang malah tambah banyak kalo aku lihat sekilas dari tempat yang ku lalui ternyata belum punah, sebenarnya kundhi ini yang ingin aku angkat menjadi karya tulis ku semenjak sma dulu ternyata sampai sekarang belum kesampaian, dan aku masih diberi kesempatan untuk melihat ternyata belum punah alhamdulilah, ini adalah industri local yang masih mampu bertahan sampai sekarang sempat aku abadikan di kamera hap ku,

Pemandangan sawah dan kali membuat perjalanan nostalgiaku semakin mengharu biru apalagi perjalanan ke makam adalah perjalanan yang menyedihkan saat kecilku yang di tinggal kedua orang tuaku, saat itu kaki kaki kecilku mengikuti pemakaman kedua orangtuaku dengan mengikuti di belakang peti jenazah yang di pikul kerabat dengan isak tangis dan keluguan masa kecilku, semua itu masih membayang dibenakku sampai tiba di pasaren yang sesungguhnya, aku bersimpuh dan berdoa memohon maaf di kedua nisan orangtuaku yang kebetulan di pisah lokasinya karena ayahku yang meninggal belakangan sempet nikah lagi dan menurut kepercayaan setempat memang tidak boleh disandingkan lagi makamnya. Aku berdoa dengan khusuk dan memohon maaf dari keduanya tentunya dengan mengharap ridho dari allah swt. Semoga permohonan maaf ku diterima oleh allah swt, amin.

Kembali kearah rumah ku di kamalan kidul, ternyata disepanjang jalan yang aku lalui sebanyak 2 desa, walaupun aku mengambil arah yang berbeda masih juga banyak yang mengenaliku, memang itu lah ciri khas orang pedesaan dengan keramahannya yang ngga di buat buat, sebenarnya aku ingin berlama lama ngobrol dengan mereka sayang kunjungan ku kali ini sungguh sangat singkat, alhamdulillah aku belum merasa tercerabut dari akar budayaku yang penuh dengan keramah tamahan, menuju kearah rumah kakak perempuan ku yang paling tua, di jamu dengan makanan rumahan alakadarnya tapi dengan nikmat aku santap karena memang juga sudah lapar.


Menuju kea rah kakak lelakiku yang lain aku sempatkan mampir di pekarangan yang dulu jadi rumah kebangganku dimana ari ari kupun di tanam disitu, kebetulan ada dua manula yang salah satu adalah bulikku, hampa memang hati ini melihat pemandangan itu yang terlihat hanya tanah kosong yang di tanami singkong dan di pinggirnya masih di kelilingi pohon bamboo besar ori yang makin melebat, rumah tempat ku berlindung dari lahir sampai selepas sma aku tinggalkan sekarang tlah musnah semenjak meninggalnya kakak perempuan ku, benar ini memang perjalanan ziarahku tapi ini juga perjalanan memoriku yang terburuk, kerah perbukitan di rumah kakakku aku ngga langsung masuk ke rumah aku sempatkan melihat pohon-pohon jati warisan untukku yang ternyata hanya beberapa batang saja di sebuah lereng perbukitan yang kecil, hatiku trenyuh mendengar harga jual pohon itu yang hanya saat murah sekali bahkan satu pohon yang menurutku seharga jutaan rupiah hanya di hargai beberapa ratus rupiah bahkan lebih murah dari tiket pesawat ku tangerang jogja subhanallah hu robby, kuatkan hatiku.

Setelah mengabadikan pohon jati itu dengan kamera hp ku aku masuk kerumah kakakku sebentar sambil melepas lelah berhubung hari sudah sore dan aku harus berangkat sore itu juga aku urungkan niatku untuk mandi di pemandian umum yang aku gunakan sedari kecil sampai masa abg ku, aku kembali pulang melalui sebelah timur desaku yang ini juga lintasan lain, silaturahmi lagi dengan beberapa orang yang berpapasan bahkan sempat ketemu teman sma ku yang masih betah menyendiri sementara adik kelas sma ku yang lain bahkan sudah mantu kedua anaknya, yah itu lah realita kehidupan, rentang waktu hanya dalm hitungan puluhan tahun saja sudah banyak merubah kehidupan manusia, bahkan ponakan ku sendiri yang waktu aku tinggalkan desa itu saja belum lahir sekarang sudah punya anak subhanallah ya rob maha besar engkau, semua itu menyadarkanku dari apa yang selama ini aku agungkan harta dunia yang tak pernah memuaskan.

Aku menuju arah kecamatan giriwoyo tepatnya sekarang pasar jalan melalui kamalan kidul bagian timur melalui kalen lor kuburan segendeng yang mulai di pakai pemakaman baru lagi sampai kali losari dan terakhir di jalan samping jembatan sasem kearah bekas kecamatan ternyata masih ada pekerjaan pelebaran jalan yang belum selesai sambil menunggu kendaraan umum yang melintas ternyata beberapa menit berlalu tak ada kendaraan yang waktu mudaku dulu banyak berlalu lalang, ternyata kalah sama sepeda motor yang memang sudah merajai kendaraan pribadi dimana-mana, disini aku mulai merasa menjadi penduduk asing banyak yang tidak mengenaliku lagi karena memang sudah diisi penduduk yang berasal dari berbagai daerah, akhirnya datang juga bus terakhir dari arah pacitan kearah solo waktu menunjukkan pukul 17.30 dan sampai di batu retno berhenti selama 30 menit aku sempatkan merekam saat saat itu dengan kamera hp ku, toko lestari yang pernah aku ikut saat derita masa smpku dulu, mempekerjaan anak di bawah umur nggak juga soalnya memang aku yang perlu saat itu heeeee. Pasar baturetno, bekas sekolah sma ku, kemudian aku puaskan makan tongseng dan 5 tusuk sate kambing walau aku santap dengan agak takut mengingat resiko penyakitku, tapi bismillah hanya untuk pengobat rindu, pulang kampong ngga makan tongseng baturetno pasti ada yang kurang cukup 20 ribu kenyang walo ngga begitu puas karena bukan tongseng pak kembar.

Tongseng seperti halnya tempe kripik adalah sesuatu yang tidak boleh lupa sebenarnya ada lagi brem nguntoronadi yang dulu ngga boleh lupa tapi karena kandungan gula tinggi terpaksa harus aku lupakan, tempe kripik ngga beli sudah di kasih kakak dan keponakanku sebagai oleh oleh dua besek cukup. Masih aku tambah bak pia dari terminal solo.

Jam 21.00 naik bis malam dari terminal solo kearah Jakarta sampai tangerang jam 13.30 oh perjalanan ziarah yang hanya kurang dari satu jam ternyata memerlulan waktu dan biaya, subhnallah mudah mudahan setelah ini aku di beri kesembuhan dan waktu yang cukup untuk momong anak anakku yang masih belum cukup umur . amin.

Masih banyak sebenarnya yang belum terungkap dari perjalanan ini tapi aku cukupkan dulu sekian.

Maaf kalau ada unsur menggurui dalam tulisan ini aku post kan untuk website giriwoyo dan face book

Tidak ada komentar:

Posting Komentar